wahyu Tuhan
mengangin lembut di tubir ubunnya
bisik Jibril;
“bungkus ia di geluk papirus
hantarkan ke mulut Nil
yang akan menjilat kakinya
hingga ke istana musuh Tuhan”
getar di hujung jemari
ketika papirus dianyam
dari takungan rindu
doa di renceh malam
digigit dari ketakutan
bayi itu lebih berat dari gunung sinai
lebih ringan dari bulu hudhud
ketika jeluk papirus menyentuhi air
dengan gerbang mata berlinang
Yukabid melepas, menarik, menolak
seraya meraih nama Tuhan
sungai itu perlu tahu
ia harus menjadi buaian
sebelum menukar jalan
Yukabid menatar bengawan
cara menangis tanpa gelombang
lambung papirus berayun
di lembayung senja Nil
memanggul lena Musa
bergelut di jeda takdir
malaikat berbisik; “di istana Firaun
anakmu tidak menyapih
lidahnya nyalar tenggang
asin di sirat kulitmu”
Nur Cahya