kipas pada takah satu. berputar
perlahan seakan tertahan waktu.
dingin masih saja bilah-bilah jarum
menusuk daging & tulang. aku
terlentang. berselimut. menatap
kupu-kupu di bucu kamar
terperangkap, gagal keluar.
ia barangkali petanda ajal
atau simbolik kelahiran.
jalur timur menerjang langsir
menggaris bakung & monstera
langsung menjelajah ke ranjang
hingga menjajah tubuh.
aku seakan percaya
matahari miripmu, mantan.
senyap-senyap menanggalkan
kelopak temaram & meninggalkan
bau malam. hanya bayang
yang kaujelmakan di kelir dinding
dari segala perhiasan kamar
dari setiap debu & udara.
tapi ruang ini tak lagi bercahaya
meski kauanggap dirimu
matahari. meski
kaujadi matahari.
di ambang duha di luar
suara & wajah manusia –
di rembang duha di kamar
sepi & rupa kenangan –
mendeja-vu gelung hidup
lagi dan lagi dan lagi.
aku terlentang. berselimut.
kupu-kupu terus membucu
di penjuru kamar. aku
belum ingin sesuatu pun
sedang siang memaksa
mimpi-mimpi dimaknakan
hari ini, pagi ini.
A’riff Mustaffa Hamzah